Global Warming
By sbpolymer.jbg@gmail.com

Global Warming

Masyarakat di Indonesia mayoritas masih belum melakukan pemilahan sampah, hal ini menyebabkan volume sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) masih sangat tinggi. Sampah organik masih bersampur sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomi. Selain itu, dalam jumlah besar sampah organik yang tercampur dengan sampah organik dapat menimbulkan gas CH4 atau biasa disebut gas methan. Gas ini berkontribusi terhadap peningkatan suhu bumi atau yang biasa kita sebut Global Warming. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran di masyarakat tentang memilah sampah karena dampak yang ada di atas.

Penerapan pemilahan sampah perlu melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan, perusahaan swasta sebagai tanggung jawab karena menghasilkan sampah, aktivis lingkungan hidup sebagai lini utama edukasi serta masyarakat itu sendiri. Seluruh lapisan masyarakat perlu memahami pentingnya mengoptimalkan unit pengelolaan sampah seperti TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah berbasis 3R) atau TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) akan tetapi jumlah unit jika dibandingkan dengan jumlah timbulan sampah di masyarakat masih belum sepadan sehingga sampah yang terbuang ke TPA pun masih tinggi. Oleh karena itu perlu adanya pememilahan sampah dengan pengelolaan sampah berbasis sumber (rumah tangga), seperti pengomposan, budidaya maggot, biopori dll..

Apabila sampah yang ada telah terpilah, maka proses ekonomi sirkular akan lebih mudah terjadi. Sampah yang bernilai ekonomi dapat dijual kembali ke unit pengumpulan seperti di Sumber Barokah Polymer untuk kemudian dapat didaur ulang di pabrik daur ulang. Sehingga terjadilah #Berkah BERsama Kelola sampAH dan #KelolaPlastik.

 

Sumber: Rizki dkk.2023. DAUR ULANG SAMPAH MENJADI BARANG YANG BERNILAI EKONOMIS
DI KALANGAN MASYARAKAT. Jurnal Sains Riset Volume 13 hal. 83-86.
  • No Comments
  • Maret 24, 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *